Abstrak
Masa remaja merupakan masa yang rentan, masa dimana seseorang
memiliki rasa ingin tahu yang besar dalam upaya pencarian jati dirinya, sehingga
menimbulkan keinginan untuk mencoba berbagai aktivitas. Penelitian-penelitian
mengenai remaja di Indonesia pada umumnya menyimpulkan bahwa nilai-nilai
hidup remaja sedang dalam proses perubahan, remaja indonesia nampak lebih
berorientasi terhadap gaya hidup seksual pranikah.Hasil Analisis lanjut data SDKI
2012 menyebutkan bahwa dari 10.980 remaja pria, sebanyak 5.708 mengaku
memiliki pacar. Mereka yang memiliki pacar, 1.083 orang (19%) mengaku sudah
pernah melakukan hubungan seksual. Sebagian besar melakukannya pada usia 16-
20 tahun (76%) dengan pacar (92%). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pacaran pada Remaja Pria SKM
X Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
Disain studi yang digunakan dalam penelitian ini Cross Sectional. Sampel
dalam penelitian ini adalah 77 remaja laki-laki yang diperoleh secara estimasi
proporsi sampel acak presisi mutlak. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
ialah pengetahuan, sikap, keterpaparan media, pengaruh teman sebaya, peran
orangtua dan peran guru. Uji chi-square digunakan pada saat menganalisis data.
Hasil penelitian ini menunjukkan 67,50% remaja laki-laki berperilaku
pacaran berisiko. 68,80% remaja memiliki pengetahuan rendah, 49,40%, remaja
memiliki sikap permisif, 76,60%, remaja terpapar media pornografi, 76,60 %,
remaja memiliki pengaruh teman negatif, 58,40% remaja memiliki orangtua
tidak berperan dan 53,20 %. Remaja memiliki guru tidak berperan Variabel yang
terbukti berhubungan dengan perilaku pacaran adalah sikap permisif (P value =
0,035 PR = 1,40 95%CI 1,01-1,92) dan pengaruh teman sebaya (P value 0,003
PR= 1,96 95% CI 1,08-3,56).
Berkaitan hasil tersebut, Dinas kesehatan perlu Merekrut dan membina
remaja dengan memberikan pelatihan dan edukasi terkait kesehatan reproduksi,
kepada remaja yang bersekolah maupun kepada remaja yang putus sekolah. Dan
baik guru dan orangtua perlu memberikan pemahaman yang benar terkait
kesehatan reproduksi.