Abstrak
Di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat beragam upacara adat. Salah
satunya adalah upacara adat bersih desa rasulan. Dalam upacara adat rasulan
terdapat nilai-nilai masyarakat yang tidak tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Upacara adat ini mengingatkan manusia tentang eksistensi mereka, hubungan
mereka dengan lingkungan dan hubungan dengan sesama anggota masyarakat.
Upacara adat ini mengemukakannya melalui bahasa-bahasa nonverbal.
Penelitian ini mengkaji mengenai penggunaan bahasa nonverbal yang
terdapat dalam upacara adat rasulan. Peneliti menggunakan paradigma
konstruktivis dan teori komunikasi nonverbal. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, jenis penelitian deskriptif dan metode etnografi komunikasi.
Data-data dikumpulkan dengan melakukan wawancara mendalam, observasi dan
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa nonverbal pada upacara adat
rasulan di Desa Ngalang Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
dapat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk yaitu kinesik seperti jathilan yang
setiap gerakannya yang bertemakan penggambaran seorang prajurit yang sedang
berlatih diatas kuda. Paralinguistik terdapat dalam midodareni sebagai tanda
pembuka, dan panembromo adalah ucapan selamat datang. Prosemik terdapat
pada tempat pelaksanaan upacara adat rasulan yaitu di Gubug Gedhe yang
membuktikan bentuk kebersamaan warga Desa. Kronemik terdapat pada waktu
pelaksanaan yang biasanya diadakan setiap hari Senin Pahing karena hari kedua
dalam kalender jawa berarti Tuhan sedang menurunkan kekuatanNya untuk
menciptakan dunia. Artifaktual terdapat pada pakaian adat jawa yang memiliki
ajaran untuk melakukan segala sesuatu didunia harus secara harmonis yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Kontribusi penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan
mengenai bahasa nonverbal yang terdapat dalam upacara adat khususnya di
Kabupaten Gunungkidul serta Pemerintah Daerah dapat menjadikan upacara adat
rasulan sebagai sarana publikasi wisata budaya yang ada di Desa Ngalang.