Abstrak
Dalam dunia pekerjaan, generasi millennial sering disebut-sebut sebagai generasi yang
menyukai kebebasan dan fleksibilitas seperti kebebasan belajar, bekerja, maupun
berbisnis. Generasi ini pula dikatakan sebagai challenge seeker. Karakteristik generasi
millenial tersebut mendorong tren dimana anak muda sekarang lebih selektif dalam
memilih pekerjaan yang sesuai. Modal psikologi berasal dari positive organizational
behaviour (POB). POB dapat dikembangkan dan diatur untuk meningkatkan kinerja
karyawan di tempat kerja mempertimbangkan yang menjadi bagian konstruk POB.
Modal psikologi terdiri dari empat dimensi yaitu self-efficacy, optimism, hope, dan
resiliency. Subjective well-being yaitu evaluasi individu terhadap kesejahteraan
psikologisnya, atau dengan kata lain disebut happiness. Subjective wellbeing memiliki
dua unsur yaitu afektif dan kognitif. Evaluasi kognitif dan afektif seseorang terhadap
hidupnya, Evaluasi ini meliputi penilaian akan kepuasan dalam hidupnya dan perasaan
emosional seperti emosi marah ataupun emosi bahagia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan modal psikologi dengan subjective well-being pada karyawan
generasi millennial dan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan responden karyawan
generasi millennial skala yang digunakan Psychological Capital Questionnaire (PCQ-24)
yang dikembangkan oleh Luthans, Avolio, et al., 2007, skala Satisfaction with life scale
(SWLS) sebagai evaluasi kognitif mengukur kepuasan hidup seseorang secara global dan
skala Positive Affect and Negative Affect Scales (PANAS) yang dikemukakan oleh diener
dkk lalu dikembangkan oleh Watson & tellegen 1985. Berdasarkan hasil uji korelasi
menunjukan bahwa hasil pearson correlation sebesar 0.390 dan nilai sig P value 0.000
< 0.01 yang menunjukan bahwa adanya hubungan antara modal psikologidengan
Subjective well-being yang signifikan. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi modal
psikologi maka akan semakin tinggi pula subjective well-being pada karyawan generasi
millenial.