Di era globalisasi ini, perusahaan dituntut untuk terus berkembang seiring dengan persaingan global yang semakin ketat. Dalam hal tersebut perusahaan tidak hanya melihat perkembangan sebuah sistem organisasi namun juga harus memperhatikan variabel-variabel individu guna meningkatkan efektifitas serta improvement bagi sebuah organisasi ataupun perusahaan. Konsep OCB pertama kali diperkenalkan oleh Organ pada tahun 1983. Organ menjelaskan OCB sebagai perilaku yang tidak mendapatkan imbalan dan bukan merupakan bagian pekerjaan secara formal. Perilaku tersebut merupakan harapan bagi semua organisasi, namun perusahaan juga harus memperhatikan variabel lain seperti Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja. Hellriegel dan Slocum (dalam Muchinsky, 1991) mendefinisikan iklim organisasi sebagai seperangkat atribut yang dapat dirasakan atas fakta-fakta organisasi dan atau subsistem yang ada di dalamnya, yang dapat berpengaruh terhadap kesepakatan yang akan terjalin antara anggota dan lingkungan organisasi. Tidak hanya sekedar prespsi karyawan akan lingkungannya, Kepuasan kerja sebagai variabel individu juga dapat mempengaruhi perilaku OCB. Robbins and Judge (2009) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan positive tentang pekerjaan sebagai hasil evaluasi karakter-karakter pekerjaan tersebut. Karakteristik pekerjaan itu lah yang akan menentukan apakah karyawan mendapatkan kepuasan kerja dari afektif yang dirasaknanya. Dari hasil penghitugan statistic dimana pengaruh iklim organisasi dan kepuasan kerja terhadap organizational citizenship behavior melalui metode regresi yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 21.0 for Windows dengan metode regresi linier mendapatkan korelasi sebesar r=0,352 dan nilai signifikasi sebesar 0,004 yang menunjukan bahwa signifikan kerena 0,004 < 0,05. Penelitian ini dilakukan di tim Supporting di PT. Mitra Adiperkasa Tbk, Jakarta terhadap 85 orang subjek dari jumlah populasi sebanyak 170 orang karyawan dengan metode purposive sampling.