Abstrak
Media massa merupakan suatu sarana untuk pendidikan, memberdayakan masyarakat termasuk juga hiburan. Banyak media massa yang menampilkan karakter perempuan secara timpang, tapi lain dengan film Jamila dan Sang Presiden. Film ini merupakan cara dan bentuk perlawanan terhadap nilai dan sistem masyarakat yang meletakkan perempuan pada posisi termarjinalkan. Akibat nilai-nilai dan budaya patriarkhi yang melekat kuat dalam masyarakat telah membuat kebijakan dan hukum dalam pemerintahan juga tidak adil terhadap perempuan.
Adanya ketimpangan gender yang memposisikan perempuan sebagi pihak yang termarjinalkan membuat kaum feminisme menuntut keadilan bagi perempuan. Aliran femenisme liberal memandang bahwa marjinalisasi dan subordinasi perempuan terjadi akibat adanya sistem dan kebijakan hukum yang tidak adil terhadap perempuan.
Metode analisis wacana kritis Sara Mills digunakan dalam penelitian ini sebagai upaya untuk mempermudah membongkar bagaimana posisi perempuan dan laki-laki dalam teks ataupun gambar dalam film Jamila dan Sang Presiden. Wacana kritis Sara Mills berfungsi untuk membongkar dan menjelaskan virtual reality yang ditampilkan melalui data empirik semacam teks.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perlawanan terhadap ideologi patriarkhi sebagai upaya untuk mencapai kesetaraan gender. Pelawanan juga ada terhadap kekuasaan dan kebijakan hukum pemerintah yang tidak adil bagi perempuan.
Bagi peneliti selanjutnya disarankan menggunakan teori cultural studies dan semiotik Roland Barthes dalam kajian film perempuan, agar dapat mengkaji lebih dalam budaya dan mitos-mitos perempuan sejak dulu.