Abstrak
Wulff (1997) mengatakan simptom kegelisahan psikologi terjadi terutama pada saat dewasa muda. Simptom inilah yang mengarahkan pada keputusan individu untuk mencari kembali nilai-nilai spiritualnya yang salah satunya dapat dimanifestasikan dengan bergabung ke kelompok keagamaan baru.Hal itu disebut dengan konversi agama. Kose (dalam Argyle,2000) mengatakan konversi biasanya terjadi pada pertengahan usia 30 tahun.
John Lofland dan Norman Skonovd (dalam Rambo,1993) menjelaskan motif-motif individu melakukan konversi agama, salah satunya adalah motif afeksional. Motif ini menekankan pada kerkaitan interpesonal sebagai faktor penting dalam proses konversi seperti pengalaman dicintai,diasuh atau dipelihara,dan diakui oleh kelompok dan pimpinannya. Perpindahan agama yang dilakukan dengan tujuan untuk menyenangkan pasangan atau keluarga pasangan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan gangguan emosi pada kaum dewasa muda (Hurlock,1980).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk memberikan gambaran mengenai konflik dan penyesuaian diri pada individu dewasa muda yang melakukan konversi agama karena pernikahan, dengan menggunakan subjek sebanyak empat orang. Dari hasil penelitian,ditemukan bahwa terdapat konflik, baik itu konflik personal maupun interpesonal selama proses konversi agama berlangsung.
Selain itu, mereka juga mengalami konflik personal Approach-Avoidance, yaitu mengingat keputusan mereka untuk konvesi agama tersebut pasti akan mengecewakan orang tua mereka. Dalam mengatasi konflik, masing-masing subjek berusaha untuk melakukan penyesuaian diri terhadap konfilk tersebut.