Abstrak
Transeksual adalah orang yang identitas gendernya berlawanan jenis dengan jenis kelaminnya secara biologis yang pada dasarnya mereka adalah laki-laki tetapi berperan sebagai perempuan. Perannya sebagai perempuan membuat mereka merasa dirinya adalah perempuan sehingga memilih laki-laki untuk dijadikan pasangan hidup. Hal itu tidak sesuai dengan kebiasaan di wilayah tersebut sehingga masyarakat memberikan kesan yang buruk dan stigma kepada transeksual dan pasangannya.
Penelitian ini membahas tentang manajemen kesan transeksual pada hubungan antarpribadi dan juga strategi manajemen kesan transeksual pada hubungan antarpribadi dalam mengahadapi stigma masyarakat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan memahami manajemen kesan transeksual pada hubungan antarpribadi dan strategi yang mereka gunakan untuk menghadapi stigma masyarakat di Parungpanjang.
Paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme yang menyatakan bahwa realitas bersifat sosial yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini menggunakan konteks komunikasi antarpribadi dengan teori manajemen kesan dan stigma sebagai teori pendukung.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Terdapat 14 informan pada penelitian ini yaitu tujuh informan kunci dan tujuh informan pendukung yang didapat melalui metode snowball sampling.
Hasil penelitian meliputi ketertarikan pasangan terhadap transeksual dilihat dari segi penampilan dan sikap yang ditampilkan kemudian mereka menjalin hubungan antarpribadi dengan saling menerima, terbuka dan percaya terhadap pasangan masing-masing. Hal tersebut membentuk kesan dari masyarakat bahwa apa yang mereka lakukan dan jati diri transeksual dan pasangannya itu merupakan sesuatu yang buruk bagi masyarakat di Parungpanjang. Dengan adanya hal tersebut muncul stigma terhadap mereka bahwa transeksual dan pasangannya merupakan kehidupan yang sangat tidak baik untuk dicontoh, karena itu kehidupan yang bebas, yaitu dengan berpesta-pesta, mabuk-mabukan dan menjadikan nama wilayah tesebut menjadi tidak baik. Strategi yang digunakan transeksual dan pasangannya untuk menghadapi stigma tersebut adalah dengan, tidak lagi melakukan kemesraan di depan umum serta bekerja sesuai dengan norma yang berlaku, dan juga berinteraksi dengan masyarakat sekitar seperti gotong royong dan tegur sapa setiap harinya juga mereka lakukan guna mengubah stigma yang negatif menjadi positif.