Abstrak
Penelitian ini merupakan studi analisis isi kualitatif yang bertujuan untuk meneliti mengenai representasi anak jalanan dalam film Alangkah Lucunya (Negeri ini). Hal yang menarik perhatian peneliti adalah posisi anak jalanan yang cenderung termarjinalkan, khususnya dalam film Alangkah Lucunya (Negeri ini). Dalam media massa, anak jalanan kerap kali digambarkan sebagai bagian dari anggota masyarakat yang masih dianggap sampah masyarakat dan pengganggu ketertiban. Tentunya hal ini akan berdampak pada pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan. Deddy Mizwar selaku produser sekaligus sutradara film Alangkah Lucunya (Negeri ini) mengemas cerita mengenai anak jalanan dan menampilkannya melalui pandangan yang berbeda. Mereka digambarkan sebagai bagian dari anggota masyrakat yang seharusnya mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat sekitar.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis isi kualitatif dengan paradigma konstruktivis sebagai acuannya.Peneliti menggunakan analisis isi kualitatif sebagai metode analisis untuk melihat penggambaran anak jalanan dalam film ini. Teori yang digunakan sebagai pendukung analisis ini adalah teori konstruksi realitas sosial dan teori representasi.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa representasi anak jalanan dalam film Alangkah Lucunya (Negeri ini) tergambar melalui keadaan atau kondisi serta keseharian mereka. Representai anak jalanan dalam film Alangkah Lucunya (Negeri ini) digambarkan melalui 14 Adegan dan dialog yang telah diteliti oleh peneliti. Dari ke 14 adegan dan dialog dalam film Alangkah Lucunya (Negeri ini) yang telah diteliti, dihasilkan empat representasi. Pertama, representasi anak jalanan sebagai korban eksploitasi. Kedua, anak jalanan yang akrab dengan tindakan kekerasan dan penganiayaan. Ketiga, Stigma negatif terhadap anak jalanan yang mengarah pada perlakuan diskriminatif. Ke empat, anak jalanan yang masih termarjinalkan.