Abstrak
Komunikasi dalam lingkup keluarga merupakan salah satu dari bentuk interaksi antarpribadi yang penting, apabila komunikasi tidak berjalan lancar pasti akan menimbulkan konflik. Konflik keluarga tidak hanya terjadi dalam lingkungan Masyarakat tetapi bisa menjadi pesan penting yang menarik untuk diangkat menjadi sebuah film. Banyak film yang mengangkat tema konflik keluarga namun di dalam film Gara-Gara Warisan banyak mengangkat kisah konflik keluarga yang benar-benar terjadi di lingkungan Masyarakat, oleh karena itu peneliti menjadi tertarik untuk meneliti bagaimana resepsi khalayak mengenai konflik keluarga dalam film Gara-Gara Warisan ini. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dengan mengadopsi teori resepsi yang dikemukakan oleh Stuart Hall. Hall menjelaskan bahwa resepsi yakni bagaimana proses penkodean penonton berlangsung di dalam media. Konsep dalam penelitian ini menggunakan Encoding-Decoding yang melihat bahwa seorang khalayak melakukan penkodean terhadap pesan melalui tiga sudut pandang atau posisi. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan metode analisis resepsi Encoding-Decoding dengan jenis penelitian deskriptif dan Teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara mendalam dengan Mahasiswa FISIP UHAMKA Angkatan 2019 & 2020. Dokumentasi yang peneliti lakukan ialah menampilkan sebuah gambar rating film yang bisa menambah informasi untuk penelitian ini dan melakukan studi Pustaka dengan membaca buku yang berkaitan dengan konflik keluarga dan teori resepsi. Teknik analisis datanya yakni Reduksi data, Penyajian data dan Penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan analisis resepsi terhadap enam orang mahasiswa FISIP Universitas Prof.DR.HAMKA Angkatan 2019 & 2020 didapatkan hasil lima orang masuk ke dalam posisi Dominant-Hegemonic Position karena mereka setuju bahwa konflik keluarga dalam film Gara-Gara Warisan berusaha mengembalikan keutuhan keluarga dan satu orang berada dalam posisi Negotiated Position karena menurutnya konflik dipicu kesalahan ayahnya dalam mendidik anak-anaknya meski begitu ia tetap setuju bahwa apabila terjadi konflik dalam keluarga tetap dijaga keutuhannya, sedangkan kategori Oppotitional Position tidak ada dalam penelitian ini karena semua informan menyetujui kalau konflik keluarga dalam film ini berusaha mengembalikan keutuhan keluarga.