Abstrak
Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1% dibandingkan pada Riskesdas 2013, yaitu dari 0,5% menjadi 1,5%. Angka proporsi aktivitas fisik yang kurang sebagai salah satu faktor risiko PJK yang dapat dimodifikasi juga mengalami kenaikan di Indonesia, dari 26,1% pada Riskesdas 2013 menjadi 33,5% pada Riskesdas 2018. Melihat data rekam medis 2022, pasien PJK didominasi oleh pasien yang berusia  45 tahun, dan pasien laki-laki. Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Murjani Sampit pada tahun 2023, yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara aktivitas fisik, usia, serta jenis kelamin dengan kejadian PJK pada pasien rawat jalan poli jantung. Penelitian ini menggunakan desain studi case control. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang terdiagnosis PJK di poli jantung sebagai populasi kasus, dan pasien rawat jalan poli penyakit dalam yang tidak terdiagnosis PJK di RSUD dr. Murjani Sampit. Banyaknya sampel kelompok kasus sebanyak 27 pasien dengan teknik quota sampling dan sebanyak 27 pasien pada kelompok kontrol, dengan menggunakan teknik quota sampling. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa rekam medis dan data primer melalui wawancara langsung. Analisis data yang digunakan adalah Uji Chi square. Hasil dari penelitian ini menemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian PJK dengan p-value 0,050 ( ), dimana responden dengan aktivitas fisik kurang berisiko 2,013 kali lebih besar terkena PJK (OR = 2,013). Sedangkan usia dan jenis kelamin tidak ditemukan adanya hubungan dengan kejadian PJK (p-value > 0,05). Saran peneliti adalah menggalakkan lagi aktivitas fisik seperti senam bersama di lingkungan perumahan dan tempat kerja.