Abstrak
Stunting di Indonesia masih menjadi permasalahan gizi yang serius terhadap kualitas sumber daya manusia. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Stunting memiliki dampak terhadap tumbuh kembang anak seperti kondisi gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif, motorik dan verbal yang tidak optimal, meningkatnya kejadian kesakitan dan kematian serta meningkatnya biaya kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang, Banten. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel adalah 35 balita stunting. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang di lakukan secara tatap muka. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September tahun 2023. Analisis data menggunakan deskriptif. Hasil penelitian ini menujukan sebagian besar balita (82,9%) stunting memiliki usia 24-36 bulan, berjenis kelamin perempuan (65,7%) dan prevalensi stunting sebagian besar menunjukan berstatus sangat pendek yaitu (57%). Asupan energi, lemak dan karbohidrat balita stunting 100% memiliki kategori kurang. Sedangkan asupan protein sebagin besar (62,9%) memiliki kategori kurang dengan rata-rata asupan 85,14% AKG. Asupan vitamin A kategori kurang 27 balita (77,1%), asupan vitamin C kategori kurang 30 balita (85,7%), asupan zink kategori kurang 31 balita (88,6%), riwayat tidak melakukan IMD 24 balita (68,6%), kategori riwayat tidak ASI Ekslusif 19 balita (54,3%), hygiene dan sanitasi dalam kategori baik 28 balita (80%), riwayat tidak diare 21 balita (60%), riwayat ISPA 28 balita (80%), pengetahuan terkait gizi dalam kategori baik 21 balita (60%), dan tidak tahan pangan 35 balita (100%).