Abstrak
Fakta bahwa kenakalan remaja sebagai topik perdebatan yang tak ada habisnya. Terkadang remaja melaksanakan perbuatan yang tidak pantas dengan norma yang berfungsi dimasyarakat yang biasa disebut dengan perilaku delinkuensi. Salah satu cara untuk mencegah masalah perilaku adalah dengan meningkatkan kapasitas individu melalui pelatihan kecakapan hidup. Salah satu keterampilan sosial yang paling penting adalah kecerdasan. Seseorang yang melakukan perilaku delinkuensi bisa mempengaruhi kecerdasan emosionalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku delinkuensi dengan emotional intelligence pada remaja akhir. Responden yang didapatkan pada penelitian ini berjumlah 212 responden yang berasal dari Kabupaten Tangerang. Data tersebut diambil melalui google form dan menggunakan 2 instrumen penelitian yaitu Schutte Self-Report Emotional Intelligence Test (SSEIT) yang dikembangkan oleh (Schutte et al., 1998) dan skala perilaku delinkuensi berdasarkan teori dari Jensen dalam (Sarwono, 2019). Total item pernyataan pada kuesioner terdapat 73 item, dan seluruh data diolah menggunakan metode kuantitatif dengan Teknik Analisa correlation pada SPSS versi 25. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan koefisien korelasi (R) sebesar -0,708 dengan taraf signifikan 0,000 (p<0.05) yang berarti terdapat hubungan negatif signifikan antara perilaku delinkuensi dengan emotional intelligence pada remaja akhir. Dapat disimpulkan bahwa, semakin rendah remaja yang melakukan perilaku delinkuensi maka akan semakin tinggi emotional intelligence pada remaja tersebut begitupun sebaliknya.