Abstrak
Adegan yang mengandung unsur body shaming banyak kita temukan pada film. Bahkan terkadang, tema body shaming bisa menjadi salah satu topik utama bagi beberapa film yang pernah diproduksi, salah satunya yaitu film Indonesia yang disutradarai oleh Ernest Prakasa. Imperfect menceritakan tentang menceritakan mengenai seorang wanita yang selalu mendapat perlakuan body shaming, dari lingkungan keluarga dan pekerjaannya, sedangkan banyak anggota komunitas KAGUMI sering mendapatkan body shaming. Hal ini menarik untuk diteliti penerimaan komunitas KAGUMI tentang body shaming dalam film Imperfect ? Paradigma penelitian ini adalah konstruktivisme dengan menggunakan Teori Enocoding-Decoding ,teori ini memandang bahwa setiap pesan atau makna yang disampaikan merupakan rangkaian peristiwa sosial. Penelitian ini menggunakan model komunikasi Berlos. Penelitian ini menggunakan pendektan kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif dengan metode Analisis Resepsi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis data dari Milles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa informan penelitian memiliki cara sendiri dalam menerima sebuah pesan susai dengan faktor yang melatar belakangi mereka mendapatkan body shaming. dari hasil penelitian tersebut peneliti menarik kesimpulan yaitu dimana mayoritas informan berada pada posisi Dominant-Hegemonic Position, dimana pemaknaan khlayak sesuai dengan apa yang diinginkan pemberi informasi dalam penelitian ini informan memiliki tanggapan positif atas film tersebut dan merasa gambaran realitas cerita tersebut sesuai dengan pengalaman yang pernah dialami oleh komunitas KAGUMI. Sisanya berada pada posisi Negotiated Position. Adapun Oppositional Position tidak ditemukan karena tidak menemukan adanya informan yang memiliki pemaknaan penolakan mengenai body shaming dalm film Imperfect