Abstrak
Toxic relationship merupakan suatu kondisi yang membuat hubungan berjalan dengan tidak wajar atau tidak semestinya terjadi dalam normalnya hubungan yang baik-baik saja. Pasangan yang tidak sehat atau toxic melakukan kekerasan dalam hubungan dengan berupaya atau sengaja menggunakan kekuasaan dan kendali atas orang lain. Pasangan membutuhkan aktualisasi diri, penghargaan, dan pemenuhan kebutuhan sosial sebagai bentuk kasih sayang. Sebaliknya, jika pasangan merasa pengorbanannya tidak dihargai, tidak diakui, dan lain sebagainya, ia akan merasa sia-sia dan perlahan hubungan akan merenggang yang memungkinkan pasangan perlahan menarik diri. Peneliti menggunakan teori Pertukaran Sosial yang berasumsi pada masalah suatu hubungan saat pengorbanan atau cost dua kali lebih besar dari penghargaan atau reward didalamnya. Penelitian ini menggunakan paradigma komstruktivisme dengan pendekatan penelitian kualitatif. Metode penelitian menggunakan studi kasus dengan jenis penelitian deskriptif. Peneliti menentukan informan dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menemukan bahwa dari semua informan yang berjumlah 7 orang, proses pertukaran sosial berupa pengorbanan (cost) yang lebih besar dari penghargaan (reward) terjadi dalam toxic relationship yang menjadikan hubungan bernilai negative. Pertukaran sosial dapat membantu seseorang dalam memprediksi apa yang akan dilakukan untuk mengatasi toxic relationship. Komunikasi pasangan yang agresif dengan melakukan kekerasan sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah, menjadikan komunikasi antarpribadi bersifat negatif.