Abstrak
Tekanan panas merupakan kumpulan panas yang berasal dari faktor lingkungan
(suhu udara), faktor individu (umur, jenis kelamin, status obesitas, status hidrasi, status
aklimatisasi, status kesehatan, dan pakaian kerja ) serta aktivitas fisik (beban kerja)
yang dapat mengeluarkan panas. Seseorang yang terkena paparan panas dalam jangka
waktu yang lama akan mengakibatkan kejadian heat strain. Heat strain merupakan
respon tubuh terhadap tekanan panas yang diterima oleh seseorang. Suhu rata-rata di
tiga Pabrik Kerupuk Wilayah Kotamadya Jakarta Barat tertinggi mencapai 33,6⁰C,
dimana NAB suhu iklim kerja panas hanya mencapai 26,7⁰C. Sehingga, kondisi
tersebut dapat mengganggu kenyamanan pekerja dan meningkatkan gejala akibat
paparan panas. Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui hubungan tekanan panas
dengan kejadian heat srain pada pekerja pabrik kerupuk di Wilayah Kotamadya Jakarta
Barat tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi
cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer dengan melakukan
pengukuran langsung menggunakan alat ukur dan kuesioner pada pekerja Pabrik
Kerupuk di Wilayah Kotamadya Jakarta Barat dengan jumlah sampel 70 responden
serta teknik pengambilan sampel menggunakan metode sampling jenuh. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan
analisis bivariat dengan menggunakan chi square. Hasil penelitian menujukkan
terdapat hubungan antara umur (Pvalue = 0,005), status hidrasi (Pvalue = 0,000), status
aklimatisasi (Pvalue = 0,001), dan tekanan panas (Pvalue = 0,026) dengan kejadian
heat strain, sedangkan status obesitas (Pvalue = 0,198) dan beban kerja (Pvalue =
0,143) tidak ada hubungan dengan kejadian heat strain. Dengan demikian, pada
penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tekanan panas dengan kejadian heat strain pada pekerja pabrik kerupuk di Wilayah Kotamadya Jakarta Barat tahun 2020.