Abstrak
Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa memafkan berkorelasi dengan kesejahteraan mental. Tetapi, belum diperoleh secara jelas bagaimana variasi dua variable ini pada budaya yang berbeda. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa dari dua budaya yang berbeda di Indonesia yaitu Jawa dan Minangkabau, untuk melihat (1) apakah pemaafan dan kepuasan hidup berkorelasi positif pada kedua suku ini; dan (2) apakah terdapat perbedaan pemaafan dan kepuasan hidup. Total subyek penelitian berjumlah 307 orang, yang terdiri dari 142 mahasiswa dari suku Jawa dan 165 mahasiswa dari suku Minangkabau dengan rentang usia 18 sampai 25 tahun atau pada tahap perkembangan postconventional. Pada tahap perkembangan tersebut, individu telah berada pada keadaan individualistik dan otonomi. Instrumen penelitian berupa Heartland Forgiveness Scale (HFS) yang disusun oleh Thompson, Snyder, Hoffman (2005) dan The Satisfaction with Life Scale (SWLS) yang disusun oleh Diener, Emmons, Larsen dan Griffin (1985). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hubungan pemaafan dan kepuasan hidup dengan nilai R sebesar 0.147 (p = 0.010 < 0.05) yang berarti terdapat hubungan pemaafan dan kepuasan hidup. Sedangkan, hubungan pemaafaan dan kepuasan hidup pada suku Jawa nilai R sebesar 0.188 (p = 0.025 < 0.05), dan pada suku Minangkabau nilai R sebesar 0.120 (p = 0.125 > 0.05). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara pemaafan dan kepuasan hidup dalam suku Jawa. Namun, tidak terdapat hubungan positif antara pemaafan dan kepuasan hidup pada suku Minangkabau. Selain itu, terdapat perbedaan tingkat pemaafan pada suku Jawa dan Minangkabau dengan nilai t sebesar 2.799 pada taraf signifikan (p = 0.005 < 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa suku Jawa memiliki tingkat pemaafan yang lebih tinggi dibandingkan suku Minangkabau. Sedangkan dalam kepuasan hidup pada suku Jawa dan Minangkabau tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p = 0.555 > 0.05).