Abstrak
Tunagrahita adalah kelemahan, kurangnya kemampuan dalam daya tangkap atau pikiran. Namun dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi guru maupun orang tua harus dengan cara yang sederhana dan berulang-ulang, karena anak tungrahita mempunyai kemampuan lemah dalam menerima pelajaran yang baru. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran guru dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi pada anak tunagrahita di SLB Dinamika tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dilakukan dengan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan pendekatan fenomologi. Informan dalam penelitian ini adalah 3 orang guru sebagai informan utama dan 3 orang tua yang memiliki anak tunagrahita sebagai informan pendukung di SLB Dinamika. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa peran guru dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi anak tunagrahita masih minim, hal ini dipengaruhi oleh peran guru dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi di sekolahnya dimana mereka memberikan informasi kesehatan reproduksi apabila ada keajadian pada anak didiknya. Pihak sekolah hanya memberikan materi kesehatan reproduksi mengenai gambaran umum, hanya seputar mengenalkan nama orang tubuh dan kebersihan alat kelamin ketika menstruasi. Sekolah tidak memberikan materi kesehatan reproduksi secara menyeluruh. Namun dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi pada anak tunagrahita guru menyampaikannya dengan istilah yang lebih sederhana dengan bahasa yang dianggap mudah dipahami anak tunagrahita dan dilakukan berulang-ulang. Peran orang tua terhadap pemberian informasi kesehatan reproduksi sangat penting karena aktivitas mereka lebih banyak dirumah, dan orang tua memberikan informasi kesehatan reproduksi sejak dini, tetapi mereka tidak memberikan pemahaman yang jelas, benar dan detail kepada anak tunagrahita. Sehingga perilaku anak tunagrahita dalam menjaga kesehatan reproduksi sangat minim karena anak tunagrahita memiliki IQ yang rendah sehingga akan sulit menerima hal yang baru.Diharapkan baik guru ataupun orang tua selalu memberikan informasi kesehatan reproduksi dengan sabar dan berulang-ulang pada anak tunagrahita. Sehingga anak tunagrahita dapat berperilaku yang baik dan sehat. Guru dan orang tua perlu berkolaboratif dalam penyusunan program. Kepada dinas pendidikan dan kebudayaan diharapkan membuat pedoman pendidikan kesehatan reproduksi untuk anak tunagrahita dan dinas kesehatan kota Bekasi juga di harapkan memberikan pelatihan tentang kesehatan reproduksi untuk para guru.