Abstrak
Tingginya angka kecelakaan kerja terjadi karena program K3 di perusahaan
masih sering di abaikan dan dianggap tidak penting. Karena masih adanya
anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi beban biaya perusahaan.
Kewajiban untuk menyelenggarakan Sistem Manajemen K3 pada perusahaanperusahaan
besar baru menghasilkan 2,1% saja dari 15.000 lebih perusahaan di
Indonesia yang sudah menerapkan Sistem Manajemen K3.
Penelitian dilakukan di Pabrik WRM PT Krakatau Steel-Cilegon.
Rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi
berjumlah 103 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel jenuh
(total sampling). Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data
dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan chi square dengan α =
0,05).
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 14.6% pekerja pernah mengalami
kecelakaan kerja, 30% responden memiliki pengetahuan rendah, 38% memiliki
sikap negatif, terdiri dari 44% pekerja memiliki tindakan tidak aman, 56% pekerja
bekerja dalam keadaan kondisi tidak aman, 43% pekerja dengan pengawasan
kurang baik. Secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara sikap
(Pvalue = 0,001), tindakan tidak aman (Pvalue = 0,005), kondisi tidak aman
(Pvalue = 0,004), dan pengawasan (Pvalue = 0,001) dengan kecelakaan kerja
pada Pekerja Dengan Kecelakaan Kerja Bagian Produksi Pabrik Wrm PT.
Krakatau Steel-Cilegon Tahun 2017.
Diperlukan adanya upaya untuk menghilangkan atau mengurangi
kecelakaan kerja yaitu dengan cara meningkatkan pengetahuan pekerja dengan
cara memberikan pelatihan, secara lebih mendalam mengenai penyebab
kecelakaan kerja. Selain itu, diperlukan adanya peningkatan pengawasan serta
peningkatan dalam memberikan poster-poster K3 yang lebih jelas unutk
memberikan himbauan positif agar pekerja selalu menerapkannya dengan baik.