Abstrak
Seiring berkembangnya teknologi informasi di era digitalisasi, kegiatan dalam beragama telah mengalami banyak transformasi. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara fleksibel. Saat ini media sosial sangatlah tepat untuk sebuah komunitas sebagai penggerak dakwah dalam menyampaikan pesan dan tujuan dakwahnya. Komunitas Patungan merupakan komunitas yang memanfaatkan perkembangan itu dengan menggunakan media sosial instagram sebagai kader untuk berdakwah . Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori media baru yang dikembangkan Pierre Levy. Peneliti menggunakan teori ini untuk menjelaskan bagaiamana penggunaan media sosial yang dilakukan Patungan yuk sebagai kader penggerak dakwah, dengan model komunikasi DeFleur atau dikenal juga dengan sistem komunikasi massa. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian kualitatif, digunakan sebagai bekal untuk dapat memahami konteks sosial secara luas dan mendalam dengan tetap mampu melepaskan teori yang dimiliki untuk digunakan sebagai panduan untuk menyusun instrumen, wawancara, dan observasi. Hasil temuan menyimpulkan Patungan yuk sebagai kader menerapkan pengkaderan menggunakan media sosial instagram dengan memanfaatkan fitur-fitur yang dimiliki instagram sebagai objek untuk mendapatkan informasi dan penyampaian informasi mengenai sasaran dakwah, menjalin silaturahmi dengan anggota lama dan baru dan untuk penggalangan aksi sosial. Dengan motif Information Seeking Motive , Interpersonal Utility, Covenience Utility melalui sistem input,proses dan output .