Abstrak
Video blog adalah suatu gambar dan suara yang dibuat oleh suatu kelompok atau individu untuk menyampaikan sebuah pesan yang didalamnya berisi opini dan cerita tentang keseharianya. Video blog pada mulanya menjadi media untuk berekspresi, mendapat sebuah kritik dan saran dari publik. Tapi beberapa pembuat video untuk konten sebuah platform YouTube terlalu bebas dan cenderung membawa sifat negatif pada video yang dibuatnya. Penggunaan kata gaul atau bahasa gaul yang dibawakan pada suatu video menjadi sebuah ajaran baru yang diikuti oleh anak remaja zaman sekarang karena kata gaul yang sedang trend mereka ikuti tanpa mereka tahu kata atau bahasa yang mereka ucapkan itu tanpa tahu artinya. Pembawaan kata gaul ini dicontohkan oleh beberapa siswa dan sisi Madrasah Tsanawiyah Negri 16 Jakarta Timur dari channel YouTube Rizki Billar menjadi bukti bahwa itu menjadi contoh negatif untuk berbahasa Indonesia. Penelitian ini membahas tentang bagaimana resepsi khalayak penggunaan kata gaul anjay dikalangan siswa dan siswi madrasah tsanawiyah pada video di akun youtube Rizki Billar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Stuart Hall Encoding-Decoding. Teori ini digunakan untuk mengartikan pemaknaan sebuah pesan yang diterima oleh penonton. Metode yang digunakan adalah analisis penerimaan Stuart Hall untuk melihat penerimaan penonton terhadap video Rizki Billar. Hasil penelitian tentang penerimaan khalayak siswa dan siswi madrasah tsanawiyah terhadap penggunaan kata anjay pada video Rizki Billar lebih banyak pada penerimaan oposisi. Dari sebelas informan dua diantara mereka pada penerimaan dominan, dua diantara mereka pada penerimaan negosiasi, dan tujuh diantara mereka pada penerimaan oposisi. Dari penelitian ini, peneliti menyarankan agar penelitian berikutnya untuk mengkaji analisis penerimaan dengan metode pengumpulan data yang berbeda yaitu dengan Focus Grup Discussion agar hasil yang didapat variatif. Serta peneliti juga menyarankan agar meneliti analisis penerimaan dengan media yang beda seperti Twitter, Instagram, Tik-tok dan lainya