Abstrak
Secara umum wanita lebih berisiko terhadap anemia zat besi, karena karakteristik wanita yaitu menstruasi, kehamilan, menyusui dan melahirkan. Anemia juga disebabkan oleh buruknya penyerapan zat besi dalam tubuh akibat pola makan yang dikonsumsi seseorang. Pada penderita dengan usia produktif, anemia dapat mengakibatkan degradasi pekerjaan fisik, penurunan daya tahan tubuh, lesu dan menurunnya produktivitas. Tujuan dari penelitian ini mengetahui determinan kejadian anemia pada tenaga kerja wanita (Nakerwa). Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung-Cilincing Jakarta Utara pada bulan Januari sampai dengan bulan Agustus. Pengumpulan data dilaksanakan pada 9 Mei sampai dengan 10 Juni 2016. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja wanita (Nakerwa) yang bekerja di Kawasan Berikat Cakung-Cilincing Jakarta Utara 24.528 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunkan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 114 orang. Hasil univariat menunjukkaan bahwa besar Nakerwa berumur 26?35 tahun (71.4%); tingkat pendidikan tidak tamat SMA (75.7%); status janda/kawin (67.4%); pernah melahirkan (70.8%), status gizi berdasarkan IMT tidak normal (77.8%); memiliki pola makan tidak baik (77.5%) terdiri dari jarang konsumsi sumber heme (71.1%); jarang konsumsi sumber non-heme (70.8%), jarang konsumsi sumber pelancar absorpsi Fe (73.8%); sering konsumsi sumber penghambat absorpsi Fe (77.9%); masa kerja lebih dari 3 tahun (70.2%) dan jenis pekerjaan dengan pekerjaan sedang (70.2%). Variabel yang berhubungan dengan kejadian anemia yaitu tingkat pendidikan (Pvalue 0.010); pengetahuan (Pvalue 0.040); status gizi berdasarkan IMT (Pvalue 0.029); konsumsi sumber penghambat absorpsi Fe (Pvalue 0.001) yang didukung oleh pola makan (Pvalue 0.003). Implikasi pada penelitian ini diharapakan adanya penyuluhan mengenai pengetahuan mendalam terhadap anemia khususnya dampak anemia dan pola makan nakerwa, serta perlunya intervensi terhadap pola konsumsi sumber penghambat absopsi Fe.