Abstrak
Industri film tanah air Indonesia mendapat sambutan baik di tahun 2016
dengan hadirnya film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part : 1. Film remake
dari film Warkop DKI merupakan komedi legendaris Indonesia. Ciri khas dari
film Warkop DKI adalah selalu menampilkan wanita cantik dan seksi di era saat
itu atau biasa disebut dengan Warkop Angel.
Fokus penelitian ini adalah pornografi yang dimuat dalam film Warkop DKI
Reborn: Jangkrik Boss! Part : 1. Penelitian bertujuan untuk mengetahui muatan
pornografi dalam film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part : 1. Berdasarkan
pada UU No.44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan P3SPS (Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran). Peneliti menggunakan paradigma
konstruktivis dan teori isi media. Pendekatan penelitian adalah kualitatif, jenis
penelitian deskriptif. Metode penelitian analisis isi kualitatif. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, wawancara mendalam dan
studi pustaka. Penelitian diteliti secara kualitatif, melakukan wawancara kepada
Anggy umbara selaku sutradara film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part :
1, dan untuk memperkuat juga dilakukan wawancara kepada Lembaga Sensor
Film (LSF) yang meluluskan film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part : 1.
Hasil temuan penelitian menunjukan bahwa pornografi memiliki arti yang
berbeda dari setiap orang. Pornografi dianggap seni dan hiburan bagi insan film,
sehingga dalam film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part : 1 bermunculan
adegan (pornoaksi) dan dialog (pornosuara). Pornografi yang ditampilkan pada
film dapat merusak moral dan perilaku anak bangsa yang mudah menirunya dan
juga mengeksploitasi wanita cantik dan seksi demi keuntungan semata. Insan film
menganggap pornografi sebagai bisnis yang menguntungkan dari segi ekonomi
dan politik. Muatan pornografi untuk menarik kuantitas atau keuntungan yang
lebih, sehingga keluar dari jalurnya dan tidak berkualitas. Peneliti menyarankan
peneliti selanjutnya menggunakan analisis framing untuk memframing muatan
pornografi pada film komedi dan film horror, dan paradigma kritis.
Kontribusi akademis, memberi pengetahuan tentang muatan pornografi
dalam film. Kontribusi metodologis, mengembangkan metode penelitian analisis
isi kualitatif. Kontribusi praktis, menyadarkan insan film, agar tidak lagi membuat
film yang memuat pornografi, dan menyadarkan masyarakat akan muatan
pornografi dalam film.