Abstrak
Indonesia dijajah oleh Belanda selama ratusan tahun, tepatnya 3,5 abad.
Tidak terhitung kerugian yang dialami Indonesia akibat penjajahan tersebut.
Selama menjajah, Belanda bukan hanya menguras sumber daya alam namun juga
memaksa bangsa Indonesia tunduk dan patuh pada perintah mereka. Jika
membangkang sedikit saja nyawa taruhannya. Perempuan Indonesiapun ditindas
dan dianggap sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan seksual laki-laki. Novel
Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer menceritakan dengan sangat rinci
perjuangan perempuan Indonesia agar terbebas dari penghinaan yang dialami.
Pram menciptakan karakter Nyai Ontosoroh untuk menyentil masyarakat agar
lebih menghargai seorang perempuan.
Penelitian ini mengkaji perspektif feminis karakter perempuan dalam novel
Bumi Manusia. Peneliti menggunakan paradigma kritis serta teori feminis dan
teori standpoint. Peneliti mnenggunakan metode penelitian dokumentasi,
observasi, narasumber, dan studi pustaka menjadi teknik pengumpulan data
peneliti. Sedangkan teknik analisis data pada penelitian ini ialah mengurai
fenomena yang diteliti dengan menggunakan analisis naratif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa benar terdapat perspektif feminis
pada karakter perempuan dalam Novel Bumi Manusia. Penggambaran Nyai
Ontosoroh dalam narasi menunjukkan bahwa sikap feminis sudah ada dalam
dirinya. Istilah Nyai yang mempunyai konotasi negatif dalam Bumi Manusia
diubah menjadi positif oleh Pram. Kalimat ini digambarkan melalui karakter Nyai
Ontosoroh yang memiliki sikap tegas, berani dan cerdas tersebut melunturkan
semua stereotip-stereotip negatif tentang Nyai. Perspektif Pramoedya sebagai
penulis juga terlihat dengan jelas dari narasi dalam novel tersebut. Bagaimana Ia
menolak sistem kebudayaan yang mengharuskan seseorang patuh kepada jabatan
dan kekuasaan.
Penelitian ini diharapkan dapat dianalisis lebih mendalam pada penelitian
selanjutnya agar menggunakan metode analisis Pierre Bourdieu sebagai bahan
kajiannya, metode analisis Bourdieu yang berfokus pada kesenjangan sosialbudaya,
ekonomi dan politik yang ada di masyarakat. Melihat secara kritis
terjadinya represi dan kekerasan simbolik, yang dilakukan oleh rezim atau
kelompok yang berkuasa terhadap masyarakat kelas bawah, yang terpinggirkan.