Abstrak
Anak-anak pada usia sekolah merupakan salah satu yang banyak mengalami kejadian gizi lebih. DKI Jakarta merupakan provinsi di urutan ke-3 yang angka kegemukan pada anak nya masih besar. Fenomena sedentary lifestyle konsumsi makanan cepat saji dan mulai berkurangnya aktivitas fisik juga menjadi pendorong terjadinya kegemukan (overweight) hingga obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola makan, aktivitas fisik dan konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD Islam Al Azhar 1 Jakarta Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 3 dan 4 di SD Islam Azhar 1, berjumlah 284 siswa. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas 3 dan 4 di SD Islam Al Azhar 1 Jakarta Selatan, berjumlah 88 siswa. Tehnik pengambilan sampel yang dilakukan adalah sampel yang dilakukan sampel secara acak melalui aplikasi Mc. Excel. Peneletian ini menggunakan data primer yang diambil melalui kuesioner dan wawancara kepada responden. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa yang berstatus gizi lebih sebanyak 59 orang (67%), dan siswa yang tidak berstatus gizi lebih (normal) sebanyak 29 orang (33%). Hasil Universal pada penelitian ini dimana sebagian besar adalah frekuensi makanan utama tidak baik (78.4%), frekuensi sarapan rutin (51.1%), konsumsi makanan cepat saji dengan intensitas sering (76.1%), dan frekuensi aktivitas fisik rutin (48.9%). Hasil uji Bivariat menunjukkan bahwa terdapat 2 variabel yang berhubungan. Pertama yaitu hubungan pada status gizi dengan variabel Frekuensi Pola Makan Utama (pvalue 0,013). Kedua hubungan status gizi dengan konsumsi makanan cepat saji (Pvalue 0,000) untuk memeprbaiki status gizi siswa di SD Islam Al Azhar 1 Kebayoran Baru dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan pemeriksaan status gizi lebih pada tiap awal semester baru untuk memantau gizi siswa dan memberikan penyuluhan tentang dampak gizi lebih kepada orang tua siswa dan siswa yang bekerja sama dengan puskesmas atau dinas kesehatan.