Abstrak
Sinetron Jodoh Wasiat Bapak ditayangkan di ANTV pada waktu prime time. Sinetron ini menceritakan tentang kehidupan seorang pengantar jenazah yang dikemas dengan suasana drama religi, komedi, serta horor. Penelitian ini menemukan bentuk-bentuk pelanggaran etika penyiaran yang terdapat dalam tayangan sinetron Jodoh Wasiat Bapak pada episode 497, 554, 669, 771, dan 802. Selain itu ditemukan juga faktor apa saja yang mempengaruhi pelanggaran etika penyiaran yang terdapat faktor dalam sinetron tersebut. Paradigma penelitian ini adalah konstruktivisme. Teori yang digunakan adalah pengaruh isi media (hierarchy of influence) dan tanggung jawab sosial. Teori pengaruh isi media memperhitungkan beberapa dorongan yang menimpa media secara berkala dan memperlihatkan bagaimana pengaruh pada suatu tingkat dapat berinteraksi dengan pengaruh di tingkat lain. Sedangkan teori tanggung jawab sosial berasumsi bahwa kebebasan mengandung suatu tanggung jawab bahwa pers harus bertanggung jawab kepada masyarakat dalam menjalankan fungsi-fungsi penting komunikasi massa dalam masyarakat modern. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dan metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi kualitatif serta jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah sinetron Jodoh Wasiat Bapak. Unit pengamatannya pada adegan, dialog atau narasi, dan efek suara yang mengandung unsur mistis. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi, wawancara mendalam (depth interview), dan studi pustaka. Hasil penelitian menemukan sinetron Jodoh Wasiat Bapak pada episode 497, 554, 669, 771, dan 802 melakukan pelanggaran etika penyiaran karena tidak sesuai dengan Undang-Undang Penyiaran No.32 Tahun 2002 tentang isi tayangan yang mengandung unsur kekerasan dan unsur mistik atau supranatural yang intensitasnya berlebihan serta diluar nalar logika. Bentuk kekerasan tersebut berupa memukul, mencekik, memasung, menusuk, dan menjambak. Sedangkan bentuk mistik yang berlebihannya adalah penampakan hantu yang menyeramkan secara berulang-ulang, kuburan terbakar, dan jenazah yang terbakar. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan menggunakan teori konstruksi realitas media guna melihat bagaimana penulis skenario dan sutradara mengkonstruksikan realitas dalam sinetron khususnya yang ber-genre religi.