Abstrak
Kehidupan permpuan bercadar di Indonesia menjadi sorotan masyarakat sejak terjadinya teror di berbagai wilayah Indonesia yang sebagian besar melibatkan perempuan bercadar di dalamnya. Perempuan bercadar kemudian diidentikan dengan teorisme sehingga dalam kehidupam perempuan bercadar menjadi sulit berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Masyarakatpun berusaha menutup diri dengan adanya peremuan bercadar di lingkungan mereka, hal ini di buktikan dengan kasus perempuan bercadar yang di kucilkan di lingkungannya. Studi ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang berupaya memberikan penjelasan tentang Komunikasi perempuan bercadar di tengah isu radikalisme. Peneliti menggunakan kosep manajemen kesan dalam komunikasi antarpribadi dengan model komunikasi interaksi simbolik. Penelitian ini mengambil Informan kunci yaitu perempuan bercadar yang berjumlah 5 orang dan informan tambahan berjumlah 4 orang dari tokoh masyarakat. Temuan penelitian menunjukan bahwa perempuan bercadar tidak selalu menutup diri dengan masyarakat sekitar, bahkan di satu sisi perempuan bercadar memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkan dan bermanfaat bagi lingkungan seperti berbisnis dan pendidikan. Seluruh informan dalam penelitian ini pernah menghadapi stigma, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebabnya pun berbeda-beda serta strategi bagaimana cara dapat bersosialisasi yang positif dalam menghadapinya. Dalam mengelola kesan menghadapi stigma juga dipengaruhi dengan bagaimana motivasi dari informan dalam memakai cadar dan dampak yang dirasakan informan sehingga muncul usaha baik secara kognitif dan sosial dalam menghadapi stigma tersebut.