Abstrak
Balita merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi yang saat ini menjadi masalah utama di Indonesia. Program perbaikan gizi yang dilaksanakan pemerintah telah berhasil meningkatkan status gizi dan menurunkan prevalensi KEP. Prevalensi gizi kurang pada balita dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang cukup berarti. Pada tahun 1989, prevalensi balita bergizi kurang (Skor Z Berat Badan menurut Umur) mencapai 37,5%. Pada tahun - tahun berikutnya prevalensi kurang gizi balita terus mengalami penurunan sehingga pada tahun 2000 prevalensi kurang gizi balita menjadi 24,7%. Akan tetapi mulai tahun 2000 setelah Indonesia mengalami krisis multi dimensi, prevalensi gizi kurang mengalami kenaikan lagi berturut-turut menjadi 26,1%, 27,3%, dan 27,5% pada tahun 2001, 2002, dan 2003 (Depkes, 2004). Untuk itu maka Pemerintah Daerah DKI Jakarta perlu melakukan upaya untuk meningkatkan status gizi masyarakat atau meningkatkan Berat Badan Balita Kurang Energi Protein (KEP). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis faktor - faktor yang menyangkut penyebab masalah dari peningkatan berat badan balita KEP (variabel independen) terhadap masalah kesehatan (Balita KEP) sebagai variabel dependen di Puskesmas Kecamatan Johar Baru. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan Kohort Prospektif yang dilakukan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan efek melalui pendekatan longitudinal ke depan atau prospektif. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu - ibu yang memiliki balita KEP, 6 Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Johar Baru sebanyak 110 balita. Seluruh populasi dijadikan sampel (total sampilng) yaitu seluruh ibu - ibu yang mempunyai anak balita KEP ringan dan sedang tanpa gejala klinis di Wilayah Kecamatan Johar Baru sebanyak 110 balita. Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan karakteristik anak yang ada hubungannya dengan peningkatan berat badan yaitu variabel penyakit infeksi dan jumlah anggota keluarga karena p < 0.05 maka Ho ditolak. Sedangkan jenis kelamin tidak ada hubungannya dengan peningkatan berat badan karena nilai p > 0,05 maka Ho diterima. Untuk karakteristik ibu yang ada hubungannya dengan peningkatan berat badan yaitu variabel pendidikan, pengetahuan, pekerjaan ibu dan penghasilan keluarga karena p < 0,05, maka Ho ditolak. Peningkatan berat badan didapat hasil uji Chi-Square dengan nilai p = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dengan peningkatan berat badan. Untuk itu agar peningkatan Berat Badan Balita Kurang Energi Protein (KEP) pada pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) lebih berhasil maka disarankan agar balita KEP dengan penyakit infeksi berat perlu adanya pengobatan, perawatan dan pengawasan khusus dari puskesmas dan rumah sakit, jenis dan jumlah PMT-P perlu diawasi baik dari petugas maupun masyarakat sendiri agar benar - benar dimakan oleh sasaran, dan untuk mencegah kasus KEP bertambah maka pemberian PMT-P perlu diteruskan.