Abstrak
Pada awal juni 2013 lalu, tersebar berita dan kabar tentang kebakaran hutan di Riau, kebakaran hutan ini membesar dan menimbulkan banyak masalah. Salah satunya asap kebakaran hutan terbang hingga ke Singapura dan Malaysia. Asap ini sudah membuat masyarakat di sekitar sesak nafas dan terganggunya saluran pernafasan mereka. Pemerintah Indonesia terlambat dalam menanganinya. Namun berita ini disajikan berbeda oleh Kompas dan Straits Times. Rumusan masalah ini pertama ingin melihat bagaimana Kompas dan Straits Times mengkonstruksi kebijakan pemerintah terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup? Kedua, factor apa saja yang melatarbelakangi konstruksi tersebut? Penelitian ini menggunakan teori konstruksi realitas media massa dan teori pers untk menunjang proses analisisnya. Teori tersebut diantaranya teori framing, ekonomipolitik media, dan konsep hubungan internasional dalam jurnalistik. Pemberitaan kabut asap pada Kompas dan Straits Times ini dikupas menggunakan analisis framing Robert N. Entman. Framing akan menggambarkan rivalitas Kompas dan Straits Times dalam merebutkan makna moralitas. Farming juga dapat menunjukkan siapa kawan dan lawan, siapa pemenang dan pecundang, fakta apa yang diambil serta fakta apa yang diingkari. Hasil dari penelitian ini bahwa Kompas mem-frame Pemerintah Indonesia tidak mampu menanggulangi kebakaran hutan penyebab kabut asap. Dan menyalahkan kementerian kehutanan dan kementerian lingkungan hidup sebagai dalang dari bencana. Straits Times mem-frame Pemerintah Singapura mendukung penindakan perusahaan-perusahaan terkait pembukaan lahan. Dan menyalahkan pengusaha-pengusa yang melakukan pembukaan lhan dengan membakar hutan sebagai actor dari kabut asap ini. Selain itu dari tinjauan konteks social ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberitaan sehingga media sebenarnya bukanlah institusi social yang netral. Melainkan penuh kepentingan dengan baying-bayang ideology dan latar belakangnya.media tidak lepas dari kepentingan ekonomi politik media dalam prakteknya.