Abstrak
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UHAMKA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT STATISTIK KESEHATAN Skripsi, Juli 2011 Si Indah Noviyanti Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Sick Building Syndrome (SBS) Pada Pekerja di Gedung Utama Kantor PLN Pusat Jakarta Tahun 2011 xviii + 115 halaman, 36 tabel, 2 bagan, 12 grafik, 11 lampiran ABSTRAK Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala sesuatu yang berada disekitar pekerja atau berhubungan dengan tempat kerja yang dapat memengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugas yang dibebankan. Interaksi antara manusia, alat dan bahan, serta lingkungan kerja menimbulkan beberapa pengaruh dan risiko terhadap tenaga kerja. Risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease) dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menimbulkan kecacatan bahkan kematian (Depkes RI, 2003). Adapun tujuan umum penulis adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian sick buliding syndrome pada pekerja di gedung utama kantor PLN Pusat Jakarta tahun 2011. Kualitas lingkungan udara dalam ruang yang kurang baik akan menimbulkan gangguan kesehatan. Salah satu fenomena gangguan kesehatan yang berkaitan dengan kualitas udara dalam ruangan adalah sick building syndrome (SBS). Environmental Protection Agency (1988) menyatakan bahwa, Sick Building Syndrome (SBS) merupakan fenomena yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan kenyamanan bekerja atau berada di dalam sebuah gedung. Istilah SBS biasanya digunakan dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang terkait dengan polusi udara ruangan. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Kantor PLN Pusat Jakarta Selatan. Populasinya adalah para pekerja yang bekerja khususnya di Gedung Utama dari lantai 1--15 Kantor PLN Pusat Jakarta tidak termasuk atasan, satpam dan office boy/ office girl dengan jumlah sampel 62 pekerja yang diambil dengan metode stratified random sampling. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang berasal dari penyebaran kuesioner untuk pengukuran SBS, pengambilan data dengan pengukuran parameter kualitas udara yang meliputi pengukuran kelembaban, kecepatan aliran udara, dan penerangan, serta observasi penggunaan VOCs pada pewangi ruangan dan pembersih lantai dan data sekunder diperoleh dari pengelola gedung kantor PLN Pusat Jakarta. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat meliputi faktor manusia / karakteristik responden (umur, jenis kelamin, masa kerja (tahun), lama kerja (jam), kebiasaan merokok, alergi (asma), status gizi, dan faktor psikososial/ stress), dan kasus SBS dan analisis bivariat menggunakan tes uji chi square untuk mengetahui apakah kejadian SBS terjadi di kantor PLN Pusat Jakarta khususnya di Gedung Utama Kantor PLN Pusat Jakarta. Hasil analisa univariat penelitian ini menunjukkan dari kejadian sick building syndrome (SBS) yang terjadi pada pekerja yang bekerja di gedung utama kantor PLN Pusat Jakarta yang mengalami kejadian SBS yaitu sebesar 75,8%, untuk kualitas fisik dan kimia udara dalam ruang pada kelembaban rata-rata sebesar 48,05%, kecepatan aliran udara rata-rata sebesar 1,307 m/s, penerangan rata-rata sebesar 283,77 lux, penggunaan VOCs pada pewangi ruangan dan pembersih lantai yang memiliki alergi terhadap pewangi ruangan dan pembersih lantai sebesar 16,1%. Hasil umur median (min-maks) untuk SBS adalah 31 (yang berisiko > 40 tahun sebesar 77,8% dan yang tidak berisiko ≤ 40 tahun sebesar 75%), jenis kelamin yang berisiko SBS adalah perempuan sebesar 79,1% dan laki-laki sebesar 68,4%, masa kerja (tahun) yang berisiko SBS dengan median 5 (yang berisiko SBS untuk masa kerja > 1 tahun sebesar 78,8% dan ≤ 1 tahun sebesar 60%), lama bekerja (jam) yang berisiko SBS dengan median 9 (yang berisiko > 8 jam 73% dan yang tidak bersiko ≤ 8 jam 80%), alergi (asma) yang berisiko SBS sebesar 81% dan yang tidak berisiko sebesar 73,2%, kebiasaan merokok yang dapat berisiko SBS sebesar 76,9% dan yang tidak berisiko SBS sebesar 75,5%, untuk faktor tekanan / psikososial / stress yang berisiko SBS sebesar 94,1% dan yang tidak berisiko SBS sebesar 68,9 %, status gizi yang berisiko SBS dengan status gizi kurang yaitu BMI < 18 sebesar 66,7% dan yang tidak berisiko SBS dengan gizi cukup yaitu BMI ≥ 18 sebesar 76,3%. Adapun hasil uji hubungan (bivariat) pada penelitian ini juga menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian SBS adalah variabel faktor psikososial/ stress (p.value 0.039), variabel kelembaban udara (p.value 0.05). Hasil analisis bivariat juga menyimpulkan bahwa variabel yang tidak ada hubungan yang signifikan dengan SBS adalah umur (p = 0,817), jenis kelamin (p = 0, 367), masa kerja (tahun) (p = 203), lama kerja (jam) (p = 0,526), alergi / asma (p = 0,498), status gizi (p = 0,705), kebiasaan merokok (p = 0,916), penerangan (p = 0,322), kecepatan aliran udara (p = 0,569), penggunaan VOCs pada pewangi ruangan dan pembersih lantai (p = 0,252). Saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan kenyamanan pengguna gedung, maka perlu pengaturan sistem ventilasi ruangan khususnya suhu ruangan dan kelembaban udara sesuai dengan suhu ideal ruangan yaitu 18ºC--26ºC dan kelembaban ideal dalam ruangan yaitu 40%--60%, perlu dilakukan pembukaan jendela-jendela minimal satu minggu sekali, agar terjadi pertukaran udara secara alami terutama pada saat pembersihan ruangan, perlunya pembersihan AC sentral di gedung utama kantor PLN Pusat Jakarta secara rutin minimal satu bulan sekali untuk menghilangkan mikrobiologi pada sistem pendingin, dan pengukuran kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi udara secara berkala minimal 3 bulan sekali dan untuk penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pengambilan sampel lebih banyak agar kekuatan tes lebih baik. Daftar bacaan : 45 (2000--2010)