Abstrak
Masuk lembaga pemasyarakatan dan menjalin kehidupan sebagai narapidana adalah suatu penyesuaian diri yang berat. Secara umum, permasalahan yang menuntut narapidana untuk menyesuaikan diri adalah kehilangan kebebasan fisik, kehilangan kontrol atas hidup, kehilangan keluarga,kehilangan barang dan jasa, kehilangan hubungan heteroseksual, kurangnya stimulasi, dan gangguan psikologis(Cooke et al., 1930; 1990Sykes,1958). Dalam situasi krisis seperti itu, kita dibimbing oleh sistem orentasi,salah satunya adalah agama. Agama dapat menjadi resource yang berkontribusi besar dalam penyesuaian diri seseorang. Untuk mengetahui peran agama dalam penyesuaian diri narapidana, dilakukan penelitian kuantitatif dengan wawancara terhadap tiga orang narapidana yang beragama Kristen Protestan,berusia 20-24 tahun,baru pertama kali dipenjara,dan telah menjalani pidananya setidaknya 1tahun di Lp Wanita Kelas 2A Tanggerang. Agama dijelaskan dengan dimensi-dimensi komitmen religius menurut Paloutzian (1996). Peran agama dilihat dalm mengatasi permasalahan yang dihadapi dan membentuk karakter penyesuaian diri yang efektif menurut Haber dan Runyon(1984). Hasil pnelitian menunjukkan bahwa agama berperan positif dalam penyesuaian diri subjek.Namun tidak sejak awal agma menjadi resource yang berkontribusu besar dalam penyesuaian diri subjek. Hal ini dipengaruhi oleh komitmen religius subjek sebelum masuk penjara