Abstrak
Masuk lembaga permasyarakatan dan menjalani kehidupan sebagai narapidana adalah suatu penyesuaian diri yang berat. Secara umum, permasalahan yang menuntut narapidana untuk menyesuaikan diri adalah kehilangan kebebasan fisik, kehilangan barang dan jasa, kehilangan keamanan, kehilangan hubungan heteroseksual, kurangnya stimulasi dan gangguan psikologis (Cooke et al.,1990; Sykes,1958). Dalam situasi krisis seperti itu, kita dibimbing oleh sistem orientasi , salah satunya adalah agama. Agama dapat menjadi resource yang berkontribusi besar dalam penyesuaian diri seseorang.Untuk mengetahui peran agama dalam penyesuaian diri narapidana, dilakukan penelitian kualitatif dengan wawancara terhadap tiga orang narapidana wanita yang beragama kristen Protestan, berusia 20-40 tahun, baru pertama kali dipenjara, dan telah menjalani masa pidananya setidaknya 1 tahun d LP Wanita kelas 2A tangerang. Agma di jelaskan dengan dimensi-dimensi komitmen religius menurut Paloutzian (1996). Peran agama dilihat dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dan membentuk karakteristik penyesuaian diri yang efektif menurut Haber dan Runyon (1984). Hasil penelitian menunjukan bahwa agama berperan positif dalam penyesuaian diri subyek. namun,tidak sejak awal agama menjadi resource yang berkontribusi besar dalam penyesuaian diri subyek. Hal ini dipengaruhi oleh komitmen religious subyek sebelum masuk penjara.