Abstrak
Krisis pangan yang melanda dunia dan menyerempet juga Indonesia semakin dirasakan akibatnya, terutama pada beban APBN yang digunakan untuk menahan gejolak harga pangan dalam negeri. Berbagai analisis, tanggapan, opini, dan pemikiran solusi untuk meredakan tekanan krisis telah dikemukakan para pengamat dan pakar, namun kesemuanya itu hanyalah mengikuti pemikiran klasik yang selama ini juga tidak meyelesaikan masalah secara tuntas. Krisis yang terjadi sebagai dampak dari semakin tergantungnya pemenuhan kebutuhan bahan pangan pada impor adalah akibat kesalahan sejarah yang telah membawa bangsa penghuni nusantara khatulistiwa ini kepada pilihan pangan andalan produk tanaman yang budidayanya di ekosistem khatulistiwa basah melawan alam dan melanggar kaidah ekologis yang berlaku. Budidaya tanaman semacam itu memerlukan topangan subsidi energi sehingga akan berbiaya produksi tinggi. Kesalahan itu telah menyebabkan bangsa Indonesia masuk dalam perangkap pangan yang solusinya memerlukan perubahan pola pikir dasar dan paradigm dari yang selama ini dikembangkan dengan mengikuti dan apa yang dikembangkan dan dianut oleh masyarakat yang menempati tipologi lingkungan yang berbeda. Solusi yang dapat digunakan untuk keluar dari jerat perangkat pangan adalah dengan memproduksi bahan pangan pokok bangsa ini dengan tidak melawan alam dan tidak melanggar kaidah ekologis yang berlaku.