Abstrak
Penelitian ini berusaha melihat hubungan antara bersyukur dengan subjective well being pada penduduk miskin. Bersyukur merupakan rasa berterima kasih dan bahagia sebagai respon penerimaan karunia, entah karunia tersebut merupakan keuntungan yang terlihat dari orang lain ataupun momen kedamaian yang ditimbulkan oleh keindahan alamiah. Sementara subjective well-being di definisikan sebagai evaluasi kognitif dan afektif seseorang tentang hidupnya. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 231 orang yang berada pada rentang usia dewasa yakni 18 tahun hingga 55 tahun, termasuk kedalam kategori penduduk miskin dengan batasan garis kemiskinan Rp 187.942, dan berdomisili di DKI jakarta dan sekitarnya. Peneliti menggunakan alat ukur bersyukur dan subjective well being yang keduanya disusun oleh peneliti.Berdasarkan hasil perhitungan korelasi pearson product momen one tailed didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.387 dengan nilai signifikansi 0.000(p<0.01). Artinya, ada hyubungan positif yang signifikan antara bersyukur dengan subjective well being pada penduduk miskin. Mayoritas partisipan ini memiliki tingkat bersyukur dan subjective well being yang sedang dan cenderung melakukan bersyukur transpersonal. Kepuasan terhadap aspek keluarga ditemukan lebih besar daripada kepuasan terhadap aspek lainnya. Afek yang paling sering dirasakan oleh partisipan penelitian ini adalah bersemangat, sementara efek yang paling jarang dirasakan adalah putus asa. Selain itu, ditemukan pula bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap rasa syukur dan subjective well being, sementara tingkat pendidikan berpengaruh terhadap rasa syukur.