Abstrak
Telah dilakukan penelitian "Pendayagunaan Kelembagaan Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Upaya Peningkatan Cakupan Distribusi Pil Besi". Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mengidentifikasi lembaga-lembaga swadaya masayarakat yang berpotensi untuk dilibatkan dalam upaya penungkatan cakupan distribusi pil besi. Penelitian dilakukan di tiga propinsi yaitu : Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Wilayah penelitian di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur, meliputi 7 desa perlakuan 7 desa kontrol. Di NTB penelitian dilakukan di Kabupaten Kupang, meliputi 10 desa perlakuan dan 10 desa kontrol. Di seda perlakuan distribusi pil besi dilakukan oleh kader LSM melalui forum pengajian disamping jalur biasa (pos yandu), sedangkan di desa-desa kontrol distribusi pil besi dilakukan seperti biasanya yaitu melalui Pos Yandu. Petugas LSM yang terlibat di Jawa Barat adalah anggota pengurus Majelis Ulama tingkat Kecamatan, Majelis Ta'lim dan Karang Taruna. Petugas LSM di NTB adalah anggota/pengurus Fatayat NU, Muslimat Nahdhatul Wathon, Nasiyatul Aisiyah Muhammadiyah, Yayasan Pondok Pesantren Bayyinul Ulum. Di NTT petugas LSM yang terlibat adalah kader masyarakat setempat binaan PLAN International. Petugas LSM di Jawa Barat berperan sebagai motivator, sedangkan di NTB dan NTT berperan sebagai motivator dan distribusi pil besi. Setelah kegiatan berlangsung 3 bulan, di Jawa Barat terjadi kenaikan cakupan distribusi pil besi di daerah perlakuan sebesar 17,4% dan kontrol sebesar 7,6% (p>0.05). Rataan pil besi yang diminum selama 3 bulan per ibu di daerah perlakuan sebanyak 60 pil lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan daerah kontrol sebesar 44 pil. Rataan kenaikan kadar Hb di daerah perlakuan sebesar 0.6 ± 1.438 g/dl dan di daerah kontrol sebesar 0.4 ± 0.744 g/dl (p>0.05). Di NTB terjadi kenaikan cakupan distribusi pil besi di wilayah perlakuan sebesar 22.3% lebih tinggi secara bermakna (p<0.05) daripada di daerah kontrol sebesar 10.6%. Rataan pil besi yang diminum di daerah perlakuan sebesar 85 pil, lebih tinggi secara bermakna (p<0.05) daripada daerah kontrol (60 pil). Rataan kenaikan kadar Hb di daerah perlakuan sebesar 0.6 ± 1.146 g/dl dan di daerah kontrol sebesar 0.3 ± 1.130 g/dl dan secara statistik berbeda bermakna (p<0.05). Di NTT, meskipun cakupan distribusi pil besi di daerah perlakuan lebih tinggi (14.2%) daripada di daerah kontrol (6.6%), tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna. Rataan pil besi yang diminum per ibu hamil selama 3 bulan di daerah perlakuan 52 pil dan di daerah pembanding sebesar 40 pil. Kenaikan kadar Hb di daerah perlakuan sama dengan di daerah kontrol yaitu sebesar 0.4 g/dl