Abstrak
Berdirinya Laboratorium Psikologi pertama di Leipzig pada tahun 1879 menandai kelahiran psikolgi sebagai ilmu empiris. Sebagai ilmu empiris, psikologi, dalam perkembangannya, mengadopsi paradigma positivistik, mengikuti cara yang dilakukan dalam studi Fisika ala Newton, sebagai bagian dalam studi tentang perilaku manusia. Premis-premis yang terkait dengan model postivistik ini adalah premis esensialis. Premis ni mengasumsikan bahwa esensi dari realitas obyektif yang diamati itu tetap, tidak berubah. Premis lain adalah premis representasionis. Premis ini mengatakan bahwa pengatahuan menasuia merupakan represantasi dari kenyataan obyektif. Kemudian premis berikut adalah verifikasionis. Premis ni mengatakan bahwa pengatahuan (termasuk tentang perilaku manusia) mesti dapat dibuktikan kebenarannya. Persoalan yang kemudiaan muncul dalam psikologi adalah pertanyaan menyangkut kesadaran manusia. lni adalah sebuah premis lain. Kajian Psikologi dengan paradigma postivistik ni mengakui bahwa ada unsur kesadaran. Namun pengakuan ini bersifat parsial. Artinya, yang mempunyai kesadaran hanyalah manusia selaku pengamat, sedangkan manusia sebagai obyek yang diamati dianggap tidak memiliki kesadaran. Pandangan ini lalu meimbulkan persoalan baik dari segi teori maupun dari segi etika. Dari segi teori, persoalannya adalah, antara lain, inkonsistensi dari pendekatan positivistik menyangkut soal kesadaran itu tadi. Dari segi etika, persoalan yang timbul adalah, antara lain, dominasi dan determinasi dari manusia yang memiliki kesadaran terhadap manusia yang dianggap tidak memiliki kesadaran.