Abstrak
PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) sebagai perusahaan besar di Indonesia yang bergerak dalam bidang jasa dan produk telekomunikasi dengan produk unggulan Esia. BTEL sering mengeluarkan iklan untuk produk-produk baru salah satunya Iklan Esia Bispak. Esia Bispak (Bisa Pake Tarif Manapun) merupakan sebuah layanan untuk mencoba dan membandingkan tarif GSM lewat kartu Esia. Masalah yang akan dibahas adalah istilah ?Bispak? yang memiliki konotasi negatif di kalangan masyarakat yang dimaknai sebagai cewek ?Bispak? atau cewek murahan dengan adanya teguran dari Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) menjadi kontroversi. Untuk menganalisis penelitian ini digunakan paradigma konstruktivisme, teori komunikasi organisasi (teori pendekatan sistem dan teori sistem serta manajemen komunikasi), teori program kerja Humas, dan evaluasi program kerja Humas yang terdiri atas dari beberapa tahapan yaitu: evaluasi tahap persiapan, pelaksanaan, dan hasil. Untuk menganalisis cara Humas BTEL menyikapi kontroversi Iklan Esia Bispak, digunakan teori kontroversi dan krisis dalam Humas, juga teori konstruksi realitas sosial dan etika periklanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, metode penelitiannya studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada key informan dan informan tambahan, serta observasi nonpartisipan, pengkajian dokumen dan studi kepustakaan. Humas BTEL melakukan evaluasi dengan mengidentifikasi dan menganalisis hasil akhir peluncuran Iklan Esia Bispak dari sisi budgeting. Dalam menyikapi kontroversi Iklan Esia Bispak Humas BTEL memilih strategi defensif dengan cara mengulur-ulur waktu, meski pada akhirnya mencabut iklan tersebut atas teguran Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI) dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Humas BTEL lebih memfokuskan pada target penjualan dan bukan pada respon khalayak.