Abstrak
Setiap organisasi atau perusahaan mulai membutuhkan kehadiran seorang Humas untuk menangani setiap masalah, memudahkan bersosialisasi dengan stakeholder (pihak-pihak yang berkepentingan yang berada di dalam maupun di luar perusahaan), membina hubungan dengan stakeholder, dan menjalankan program-program kehumasan. Adapun manfaat khusus Humas meliputi kegunaan Humas dalam pengelolaan atau pelaksanaan, salah satunya adalah menangani permasalahan atau krisis yang muncul dalam suatu perusahaan yang disebut manajemen krisis. Penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis krisis yang dialami PT Promud Hidrokarbon (Hc) akibat sabotase alat pengeboran, dan bagaimana manajemen krisis Humas PT Promud Hidrokakarbon (Hc) dalam menangani krsisi akibat sabotase alat pengeboran.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Teori yang digunakan teori informasi organisasi, teori sistem, teori sosiokultural, dan manajemen krisis.
Pendekatan yang digunakan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Data primer yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan para informan, dan observasi non¬partisipan. Data sekunder didapat melalui referensi buku yang terkait berhubungan dengan manajemen krisis, dokumentasi yaitu foto, dan kliping. Analisis data dilakukan dengan membandingkan jawaban dari informan yang satu dengan informan yang lainnya untuk memperoleh data berkenaan dengan persoalan yang sama sehingga mendapatkan gambaran yang lebih memadai mengenai gejala yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa krisis yang dialami PT Promud Hidrokarbon (Hc) pada kasus sabotase alat pengeboran adalah krisis keuangan (financial crisis) dan krisis strategi. Dampak tersebut berupa banyaknya utang¬utang perusahaan dengan perusahaan lain karena tidak adanya pemasukan pada perusahaan, sehingga menyebabkan perusahaan harus melakukan PHK (Putus Hubungan Kerja) terhadap sebagian karyawannya. Untuk menangani krisis tersebut, PT Promud Hidrokarbon (Hc) melakukan manajemen krisis dalam menghadapi krisis akibat adanya sabotase alat pengeboran berupa Rig BRS 06. Manajemen krisis yang dilakukan dengan 6 langkah, yaitu dengan pengidentifikasian krisis, penganalisaan krisis, pengisolasian krisis, pemilihan strategi penanganan krisis, program pengendalian krisis, dan evaluasi hasil krisis.