Abstrak
Daun beluntas [Pluchea indica (L.) Less.] sejak dahulu sudah digunakan sebagai obat di antaranya dalam pengobatan penderita penyakit tuberkulosis (TBC). Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kadar 35 mg/mL ekstrak kloroform daun beluntas mempunyai Kadar Bunuh Minimum (KBM) terhadap Mycobacterium tuberculosis, dan deteksi dengan lampu UV 254 nm pada lempeng Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menunjukkan 5 bercak dengan nilai Rf yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan isolasi terhadap bercak (kromatogram) dengan tujuan untuk mengetahui apakah Rf 0,53 yang diduga mengandung flavon, flavonol atau isoflavon mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Mycobacterium tuberculosis. Metode penelitian dimulai dengan melakukan ekstraksi daun beluntas dengan kloroform menggunakan metode maserasi, kemudian ekstrak dikromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak heksana : etil asetat (3:1) v/v. Kemudian zatnya dideteksi dengan KLT menggunakan fase diam silika gel GF254 dan fase gerak heksana : etil asetat (3:1) v/v. Hasil kromatogram Rf 0,53 diujikan terhadap Mycobacterium tuberculosis H37Rv menggunakan media Lowenstein jensen dengan metode dilusi padat. Hasil penelitian dengan konsentrasi (ug/mL) 400, 200, dan 100 dari kromatogram Rf 0,53 tidak menunjukkan adanya aktivitas antituberkulosis. Sedangkan pada konsentrasi (µg/mL) 3200, 1600 dan 800 menunjukkan penurunan jumlah bakteri masing-masing sebesar 75%, 50% dan 25%. Dan pada pengujian rifampisin dengan konsentrasi (µg/mL) 0,8; 0,4; 0,2; 0,1 dan 0,05 terhadap Mycobacterium tuberculosis H37Rv menunjukkan adanya aktivitas antituberkulosis atau bakteri tuberkulosis masih peka terhadap rifampisin.