Abstrak
Wacana pengambilan sidik jari yang terus langsung dan dimuat oleh media massa, tokoh politik dan juga pernyataan-pernyataan yang tidak bertanggung jawab membuat masalah di Indonesia semakin runyam. Apalagi di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Isu pengambilan sidik jari memang membuat suatu masalah besar negara ini. Tentu saja isu pengambilan sidik jari yang sudah merebak ini spontan mengagetkan seluruh para pengasuh pondok pesantren dan juga para santri-santri pesantren di seluruh Indonesia. Awalnya adalah ketika Wakil Presiden, Jusuf Kalla, menyatakan bahwa disinyalir dari 17000 pesantren di Indonesia ada dua atau tiga pesantren yang mengajarkan Islam secara tidak benar dan menjadi tempat cuci otak sehingga banyak orang yang melakukan aksi born bunuh diri di Indonesia. Hanya saja yang menjadi masalah adalah Wapres tidak menyebutkan nama pesantren-pesantren tersebut. Hal itulah yang menjadikan suatu masalah besar yang menjadikan suatu stigma negatif terhadap pesantren dan juga memperburuk nama dan citra pesantem di mata dunia. Seolah-olah pesantren adalah sarang teroris, seolah-olah seluruh pelajar di pesantren adalah teroris dan kurikulum inti pesantren adalah mendidik orang untuk menjadi radikal dan anti sosial. Hal tersebut sungguh mencoreng nama balk pesantren di Indonesia ini.
Penelitian ini menganalisis talcs berita mengenai berita-berita pengambilan sidik jari pada pesantren di harian Republika dan harian Suara Pembaruan. Untuk itu diperlukan suatu paradigma sebagai pijakan dasar dalam melakukan penelitian ini_ Paradigma yang digunakan adalah paradigma konstruksionisme. Analisis framing termasuk didalam paradigma konstruksionis. Ada dua karakteristik panting dari pendekatan konstruksionis. Panama, pendekatan konstruksionis menekankan pads politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Kedua, pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis.
Wacana pengambilan sidik jari pads pesantren di harian Republika dan harian Suara Pembaruan tersebut dibedah dengan menggunakan analisis framing model Robert N. Entman. Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media.
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar : seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Pada penelitian model Entman ini yang akan diteliti adalah pendefinisian masalah (define problems), memperkirakan masalah atau sumber masalah (diagnose causes), membuat keputusan moral (make moral judgement), dan dalam menekankan penyelesaian (treatment reccomendation)_ Penelitian ini juga menggali kognisi sosial wartawan harian Republika dan harian Suara Pembaruan lewat wawancara mendalam, beserta menganalisis konteks sosial melalui studi pustaka.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bagaimana peristiwa atau realitas yang lama mengenai isu pengambilan sidik jari ini dimaknai dan didefinisikan secara berbeda oleh dua harian yakni Republika dan Suara Pembaruan. Perbedaan dalam memaknai realitas tersebut menjadikan suatu penilaian yang berbeda atas suatu peristiwa, khususnya bagi khalayak pembaca. Dalam berita mengnai isu pengambilan sidik jari ini, Republika mem-frame isu pengambilan sidik jari adalah sebagai usaha propaganda Amerika dalam upaya mendeskriditkan umat Islam di mata dunia. Sedangkan Suara Pembaruan mem frame bahwa pengambilan sidik jari mencegah tindak terorisme dan kriminalitas.