Abstrak
Daun beluntas [Pluchea indica (L.) Less.] sejak dahulu sudah digunakan sebagai obat diantaranya dalam pengobatan penyakit TBC. Kandungan kimia daun beluntas antara lain flavonoid, alkaloid, dan minyak atsiri. Pada penelitian sebelumnya, dilaporkan bahwa pengujian KBM dari ekstrak kloroform daun beluntas menunjukkan bahwa pada konsentrasi 35 mg/ml telah membunuh Mycobacterium tuberculosis dan pengujian kromatogram dari ekstrak tersebut pada KLT menunjukkan 5 bercak Rf dengan nilai yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukanlah isolasi terhadap kromatogram tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kromatogram pada Rf 0,69 mempunyai aktivitas antituberkulosis. Metode penelitian ini dimulai dari ekstraksi simplisia daun beluntas dengan kloroform menggunakan metode maserasi. Kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi ekstrak kloroform daun beluntas melalui kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60 dan fase gerak hexan : etil asetat (3:1). Hasil fraksinasi dideteksi dengan KLT menggunakan fase diam silika gel GF254 dengan fase gerak hexan : etil asetat (3:1). Hasil fraksinasi yang mengandung kromatogram dengan nilai Rf 0,69 dikeringkan kemudian diujikan terhadap Mycobacterium tuberculosis dengan metode dilusi padat menggunakan medium Lowenstein-Jensen (LJ). Hasil penelitian pada konsentrasi 1600 µg/ml, 800 µg/ml, 400 µg/ml dan 200 µg/ml tidak menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri tuberkulosis sedangkan pada konsentrasi 3200 µg/ml menunjukkan adanya pembunuhan jumlah bakteri sebanyak 25% bila dibandingkan dengan jumlah koloni media kontrol. Pengujian rifampisin dengan konsentrasi 0,8 µg/ml, 0,4 µg/ml, 0,2 µg/ml, 0,1 µg/ml, 0,05 µg/ml menunjukkan bahwa Mycobacterium tuberculosis peka terhadap rifampisin.