Abstrak
Tuj uan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai faktorfaktor resiko yang berhubungan dengan PJK pada pasien RSJ Harapan Kita Jakarta, meliputi, umur, jenis kelamin sampai obesitas. Pendekatan yang dipakai untuk melihat faktor yang mempengaruhi penyakit jantung koroner dan determinannya adalah desain studi Cross Sectional (potong lintang), untuk penelitian ini dikumpulkan data sekunder, data yang diperoleh dengan Cara mencatat informasi yang dibutuhkan dari buku status pasien di Sub Bagian Rekam Medis. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat map yang menderita penyakit jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta yang dirawat pada bulan Mei sampai Juli tahun 2001, dengan jumlah responden 230 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur yang paling banyak mengidap penyakit jantung koroner adalah umur lebih dari 45 tahun baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan menurut jenis kelamin adalah laid-laid paling banyak terserang penyakit jantung koroner. Dilihat berdasarkan Odds rationya, faktor resiko hipertensi menempati urutan pertama kemudian faktor kebiasaan olahraga, stress, jenis kelamin, obesitas, umur, riwayat keluarga, hiperklesterolemia, diabetes melitus, gaya hidup sedentary, kebiasaan merokok, dari tiga betas faktor yang diteliti hanya satu variabel yang tidak mempunyai hubungan secara statistik yaitu tingkat pendidikan. Dari hasil penelitian ini, maka disarankan laki-laki dan perempuan menjelang usia 45 tahun untuk waspada terhadap faktor resiko penyakit jantung koroner. Mulailah dari sekarang menganut pola hidup sehat dan hindarilah pencetus terjadinya penyakit jantung koroner seperti, bagi perokok_ bAgi masyarakat perlu ditingkatkan sebagai tindak pencegahan terhadap penyakit jantung koroner dimasa datang dengan melakukan kesadaran deteksi dini terhadap hipertensi, kadar kolesterol di dalam darah, obesitas dan kadar gala di dalam darah, disamping melakukan olahraga secara teratur. Daftar Pustaka _ 37 (1967 -- 2000) ABSTRAK PBNELITIAN Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka Skripsi, Oktoher 2001 Kustiawan "Gambaran Epidemiologi Tuberkulosis Paru BTA Positif Yang Mendapat Obat Tuberkulosis (OAT) Kategori 1 Di Poliklinik Paru Rumah Sakit Daerah Tingkat II Bekasi Tahun 2000" _ VII + 73 Halanuan + 19 Tabel+ 3 Gaatlrar + 4 lampiran Tuberkulosis masih merupakan masalah besar bagi negara kits, menurut hasil Survey Kesehatan Run-rah Tangga (SKRT) tahun 1995 diketahui bahwa tuberkulosis rnerupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyekit kardiovaskuler dan penyakit saluaran peinafasan pada semua galongan penyakit infeksi. Sejak tahun 1995, program penaggulangan penyakit tuberkulosis paru di Indonesia menggunakan startegi DOTS adalah pengobatan tuberkulosis dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh PMO, menurut Pedoman Penaggulangan Tuberkulosis Nasional, pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan memberikan paduan OAT dalam bentuk kombipak (Depkes RI, 2000) Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran epidemiologi tuberkulosis paru BTA positif yang mendapat salah satu jenis paduan OAT yang dipakai dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional yaitu paduan OAT Kategori 1. didalam penelitian ini diberikan informasi mulai dari diagnosa penyakit sampai dengan diberikannya OAT Kategari l yang diberikan secara =mamma kepada penderita di Poliklinik Pain RSUD TK II bsekasi. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan Studi &crsus, populasi penelitian ini adalah semua penderita tuberkulosis paru BTA positif yang tercatat dalam catatan medic Poliklinik Pant RSUD TK II Bekasi Tabun 2000. jenis sample yang diambil adalah Puposive Sampling, sampel penelitian yang diambil dibatasi pada penderita yang mendapat OAT Kategori 1 yang tercatat dalarn catatn media Poliklinik Paru RSUD TK It Bekasi Tahun 2000 yang berjumlah 375 orang. jenis data yang dikurnpulkan berupa data primer dan sekunder, data primer didapat dari basil wawancara dengan dol?ter di Polikilinik Pam, petugas Instalasi Radiologi, dan Instalasi Mikrobiologi KIinik. Sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan rekam medic poliklinik pare RSUD TK II Bekasi. Data primer yang didapat dari hasil wawancara diolalt dengan dibuat resumenya, data yang didapat dilakukan analisis ui ivariat untuk semua variabel agar didapat proporsi dan distribusi frekuensinya, hasil pengolahan data disajikan dalam bentu Label dan narasi. Dari basil penelitian 'bahwa sebagian besar penderita adalah laki-laki dengan proporsi (24,15), usia penderita termuda 15 tatiun dan tertua 75 tahun dengan kelompok usia terbesar (31,6%) pada kelompok usia 25-34 tahun, wilayah domisili penderita yang terbanyak adalah di bekasi Timur (37,2%), kebanyakkan penderita dirujuk dari poliklinik-polild inik aim instalasi-instalsi di dalam RSUD TK II Bekasi ((28,4%), dilihaf dari riwayat minuet OAT kebanyakan penderita belum pernah minum OAT sebelumnya (30%) dan yang tidak diketahui riwayat minum OAT-nya (29,2%). Gejala-gejala yang paling sering dikeluhkan penderita adalah battik berdahak (22,4%), kelainan pare-paru yang terbanyak dijumpai adalah infiltarat (42%), pemriksaan BTA yang paling banyak adalah positif safe (+1) (40%). OAT Kategori 1 paling banyak diberikan pada Bulan Januari (33,9%), dan paling banyak diberikan pada kunjungan kedua (46,1%). Ada 14 penderita yang draup our dari pengobatan, karena lalai 9 orang, 3 orang alergi Izoniazid dan 2 orang resisten terhadap salah satu OAT. Pengawas Minum Obat (PMO) yang terbanyak adalali pasangan (suami/istri) penderita (38,1%). Saran dari penelitian ini adalah sebaiknya Poliklinik Paru mengusahakan untuk menertibkan clan menata kembali sistem pencatatan dan pelaporan, kerena penelitian ini dibatasi oleh kesulitan penelusuran catatan dan ketidak lengkapan data catatan medic. Untuk meningkatkan cakupan penemuan kasus tuberkulosis paru sebaiknya Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional proaktif turun kalapangan tidak hanya menunggu penderita yang datang, sehingga didapat angka kejadian kasus tuberkulosis sesungguhnya_ Perlanya mengintensifkan penyebar luasan informasi kesehatan pada masyarakat leas, mengingat masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang hidup sehat masih rendah.meningkatkan kerja sama lintas program seperti program gizi, program kesehatan lingkungan, program kesejahteraan sosisal clan program-program lainnya, mengingat penyebab kejadian penyakit tuberkulosis multi faktor.