Abstrak
Beta glukan merupakan suatu polisakarida yang dapat diperoleh dari mikroba dan tanaman tertentu. S cerevisiae merupakan jenis mikroba yang dapat mensintesis beta-1,3-glukan dan beta-1,6-glukan. Beta glukan memiliki kegunaan antara lain sebagai anti infeksi dan anti inflamasi. Telah dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh beta glukan lokal Hasil ekstraksi dari S. cerevisisae yang di isolasi dari ragi tape dan ragi roti terhadap penyembuhan luka terbuka pada tikus putih Penelitian ini menggunakan hewan coba yaitu tikus putih galur Sparque Dawley. Rancangan percobaan menggunakan RAL faktorial dengan 5 ulangan yang dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu kelompok A kontrol negatif (diberi basis krim), kelompok B kontrol positif (krim Povidon iodium 10%), kelompok C standar 0,5 (beta glukan standar dengan dosis 0,5 mg/4 cm2), kelompok D standar 1 (beta glukan standar dengan dosis 1 mg/4 cm), kelompok E Rt-0,5 (beta glukan lokal yang di ekstraksi dari ragi tape dengan dosis 0,5 mg/4 cm), kelompok F Rt-1 (beta glukan lokal yang di ekstraksi dari ragi tape dengan dosis 1 mg/4 cm2), kelompok G Rt-0,5 (beta glukan lokal yang di ekstraksi dari ragi roti dengan dosis 0,5 mg/4 cm), kelompok H Rt-1 (beta glukan lokal yang di ekstraksi dari ragi roti dengan dosis 1 mg/4 cm2). Pengamatan terhadap penyembuhan luka dilakukan pada hari kedua hingga hari keempat belas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keragaman data sebesar 96,60 %. Sedangkan dari analisis ragam terlihat bahwa pemberian perlakuan beta glukan yang berbeda dan waktu pengamatan yang berbeda dapat mempengaruhi respon terhadap penyembuhan luka yang terlihat dari nilai p< 0,05 (p value = 0,0001). Karena pengaruh perlakuan dan waktu pengamatan menghasilkan perbedaan yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian perlakuan pada kelompok B,C,D,E,F,G,H tidak berbeda nyata, berarti ke-7 perlakuan memiliki respon penyembuhan yang sama, tetapi pada luka yang diberi beta glukan dengan dosis 1 mg/4 cm2 memiliki tingkat penyembuhan yang lebih baik dan kulitpun terlihat menjadi lebih halus dibanding dengan dosis 0,5 mg/4 cm2. Bila ketujuh perlakuan tersebut dibandingkan dengan pemberian kontrol negatif (kel. A) memberikan perbedaan yang nyata, artinya ke-7 perlakuan mempunyai respon penyembuhan yang berbeda dengan kontrol negatif (kel. A).