Abstrak
Penggunaan obat-obatan tradisional untuk pemulihan berbagai penyakit masih banyak dilakukan oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional merupakan suatu terapi alternatif disamping terapi dengan obat sintesis. Kayu secang (Caesalpinia sappan L) merupakan tumbuhan tradisional yang digunakan sebagai jamu baik sebagai ramuan tunggal maupun campuran dengan obat lainnya. Dari sejumlah penyakit yang dapat diobati dengan kayu secang, gangguan fungsi hati merupakan penyakit yang prevalensinya cukup tinggi.
Penelitian ini digunakan untuk melihat efektititas ekstrak etanol kayu secang sebagai antihepatotoksik melalui pengukuran kadar bilirubin plasma pada tikus putih yang diberi karbon tetraklorida (CCL4). Tiga puluh ekor tikus putih jantan dibagi acak ke dalam enam kelompok_ Kelompok I adalah kelompok perlakuan normal, kelompok II adalah kelompok perlakuan yang diberi karbon tetraklorida 040 mg/g BB, kelompok III, IV, V adalah kelompok perlakuan yang diberi karbon tetraklorida 0,40 mg/g BB dan ekstrak etanol kayu secang 448 mg/Kg BB, 896 mg/Kg BB dan 4480 mg/Kg BB, kelompok VI adalah kelompok perlakuan yang diberi kurkumin 5,4 mg yang diberikan dalam empat kali selama 48 jam. Setelah pemberian perlakuan, semua tikus dibedah kemudian diambil darahnya, lalu dilakukan pengukuran kadar bilirubin plasma.
Data kadar bilirubin plasma kelompok adalah 0,I8 mg/dl, kelompok II sebesar 0,54 mg/dl, kelompok III sebesar 0,34 mg/dl, kelompok IV sebesar 028 mg/dl, kelompok V sebesar 0,26 mg/dl dan kelompok VI sebesar 0,24 mg/dl.
Efektifitas ekstrak etanol kayu secang sebagai antihepatotoksik yang ditunjukkan oleh kelompok III melalui pengukuran kadar bilirubin plasma adalah sebesar 55%, kelompok IV adalah sebesar 72,2%, kelompok V adalah sebesar 77,7% dan kelompok VI adalah sebesar 83,3%.
Data-data kadar bilirubin plasma yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara statistik menggunakan uji parametrik ANOVA satu arah, dan menunjukkan hasil yang signifikan. selanjutnya dilakukan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan antar kelompok. Kelompok I berbeda bermakna dengan kelompok II dan III perbedaan, terapi tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok I dengan kelompok IV, V dan VI. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efek antihepatotoksik ekstrak etanol kayu secang akan meningkat sesuai dengan peningkatan dosis.